A Simple Key For intelijen indonesia Unveiled
A Simple Key For intelijen indonesia Unveiled
Blog Article
Before leaving for Amsterdam, Munir admitted he acquired a mobile phone contact in addition to a request through the ‘agent’ (who was later on identified, dependant on the final results in the police investigation, for being the perpetrator) for a gathering to the Jakarta-Singapore flight, before continuing to Amsterdam. This details has long been conveyed straight by Munir to his friends and family before he died.
yakni operasi yang dilakukan dengan mengumpulkan information-facts informasi dan kegiatan lain untuk kepentingan strategis umumnya dilakukan dengan jangka panjang.
Praktik intelijen tidak seperti lembaga pro-justisia yang mengumpulkan bukti selengkap-lengkapnya untuk menggolongkan sebuah tindakan sebagai perbuatan melawan hukum. Penarikan kesimpulan tidak perlu mengandalkan bukti-bukti yang lengkap, melainkan informasi yang paling sedikit mengandung asumsi.
Jika yang dimaksud Prabowo dengan “bermain saham sama dengan berjudi” adalah spekulasi tanpa analisis yang matang, maka argumen tersebut dapat diterima.
Abstrak Artikel ini menguji kompleksitas seputar kekerasan yang dilakukan oleh Muslim terhadap komunitas Ahmadiyah di Indonesia di period baru demokrasi reformasi. Kekerasan muncul sejak 1998 pasca Suharto ketika beberapa kelompok Muslim seperti Entrance Pembela Islam (FPI), yang mengklaim bahwa Ahmadiyah adalah kelompok yang sesat menurut ortodoksi Islam. Artikel ini mencoba memahami mengapa dan bagaimana Ahmadiyah menjadi goal serangan kekerasan oleh beberapa kelompok Muslim di era pasca Suharto dengan meningkatnya kelompok fundametalis Islam setelah menemukan kebebasan baru beragama. Dengan demikian, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana faktor politik, ekonomi dan teologi Islam muncul sebagai faktor penting yang mengkontribusi atas serangan kekerasan. Melalui identifikasi studi kasus tertentu penyerangan di kota-kota lintas pulau Jawa dan Lombok, saya juga akan mengeksplorasi bagaimana pemerintah membuat kebijakan untuk menemukan solusi yang terbaik dan sejauhmana efektifitas kebijakan tersebut untuk menyelesaikan masalah.
, keadaan politik yang kurang stabil juga memberikan dukungan ekstra bagi mendapatkan informasi lebih lanjut pelaku teror, kelompok teror dapat memiliki ruang gerak yang memadai.
Kegiatan koordinasi yang dilakukan oleh Kominda merupakan faktor sangat penting dalam menghimpun informasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendeteksi secara dini segala bentuk kerawanan di daerah, termasuk terorisme.
See: You can now access our beta presentation of Website archives playback with limited articles. Browse more about these improvements.
yaitu operasi yang dilakukan untuk mendukung operasi-operasi taktis yang dilakukan dalam jangka waktu dan kegiatan tertentu, umumnya dilakukan oleh angkatan bersenjata dalam operasi operasi militernya.
Reformasi Intelijen Indonesia saat ini dihadapkan pada dua tantangan utama yang harus segera diselesaikan, yaitu manajemen sumber daya manusia dan mekanisme pengawasan.
Theoretically, the sort of Intelligence-State interaction formed in this period is “Political Intelligence.” Even all through 1950-1959, Indonesian intelligence actions did not receive much attention because of the fairly volatile political conditions. Once the Republic of Indonesia was officially recognized on August fifteen, 1950, the intelligence businesses in Indonesia have been reactivated. Indonesia had to immediate intelligence operations to cope with inside threats. Even so, the dominance of militarization within the former period triggered the development of political intelligence only in 1958 when Sukarno fashioned BKI, which was afterwards adjusted to BPI.
Selama ini kritik dari elemen masyarakat sipil terhadap institusi keamanan seperti BIN terus bermunculan akibat ketidakpastian pertanggungjawaban negara atas berbagai pelanggaran HAM yang terjadi selama orde baru misalnya berbagai kasus penghilangan aktivis.
period. With out a democratic process of checks and balances and the formation of an oligarchic governing administration supported by military forces and businessmen, cronies on the rulers, President Soeharto utilised intelligence to promote not only the interests of condition stability but will also his have and his family’s political and economic pursuits.
Reformasi Intelijen Indonesia (RII) telah terus menjadi agenda penting dalam menghadapi berbagai ancaman keamanan baik dari dalam maupun luar negeri.